Total Tayangan Halaman

Rabu, 13 Juli 2011

Seks Setelah Melahirkan

Adakalanya istri enggan atau takut melakukan hubungan intim setelah melahirkan. Lalu apa saja masalahnya sehingga istri takut untuk berhubungan intim? Dan, kapan waktu yang pas untuk berhubungan intim setelah melahirkan? Sebagian dokter kandungan menyatakan agar pasutri tidak berhubungan dulu sebelum enam minggu pasca melahirkan. Namun, beberapa dokter yang lain menyebutkan, waktu empat minggu atau ketika cairan yang dikeluarkan dari liang senggama setelah melahirkan sudah berhenti. 
 
Alasan utama menghindari senggama pasca persalinan adalah untuk memberi peluang bagi jaringan genital wanita untuk sembuh, terutama jika mengalami episiotomi atau guntingan untuk memperlebar jalan lahir sehingga membantu memperlancar bayi keluar. Mencegah timbulnya infeksi merupakan alasan selanjutnya.
Perlu diketahui pula bahwa masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari, menurut hitungan awam, merupakan masa nifas yang penting untuk terus dipantau. Nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama halnya seperti masa haid. Darah nifas mengandung trombosit, sel-sel degeneratif, sel-sel mati, dan sel-sel endometrium sisa.
Oleh sebab itu, pemeriksaan ulang pasca persalinan biasanya dilakukan setelah enam minggu, dan enam minggu adalah waktu dimana rahim telah kembali pada ukuran sebelum hamil. Pengecilan rahim adalah perubahan fisik utama pasca persalinan yang terakhir. Beberapa minggu dan bulan pasca persalinan, hasrat seorang perempuan untuk bersenggama mungkin berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali.
Sebuah penelitian di Australia mendapatkan bahwa enam minggu adalah waktu rata-rata bagi para perempuan pasca persalinan untuk mulai melakukan hubungan seks. Tetapi penelitian tersebut juga menemukan bahwa sekitar setengah dari mereka yang memiliki masalah sejak awal, terus mengalaminya selama tahun pertama pasca persalinan.
Penelitian lain menemukan, 20 persen perempuan yang baru pertama kali melahirkan membutuhkan waktu 6 bulan untuk merasa nyaman secara fisik saat bersenggama, dengan waktu rata-rata sekitar 3 bulan.
Meskipun hubungan telah boleh dilakukan setelah minggu ke-6, adakalanya ibu-ibu tertentu mengeluh hubungan masih terasa sakit atau nyeri meskipun telah beberapa bulan proses persalinan. Gangguan seperti ini disebut dyspareunia atau rasa nyeri waktu sanggama. Pada kasus semacam ini ada beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebab, yaitu:

1. Sesuai tradisi, setelah melahirkan ibu-ibu sering mengonsumsi jamu-jamu tertentu. Jamu-jamu ini mengandung zat-zat yang memiliki sifat astingents yang berakibat menghambat produksi cairan pelumas pada vagina saat seorang wanita terangsang seksual.


2. Jaringan baru yang terbentuk karena proses penyembuhan luka guntingan jalan lahir masih sensitif.


3. Faktor psikologis yaitu kecemasan yang berlebihan turut berperan. Hubungan seksual yang memuaskan memerlukan suasana hati yang tenang. Kecemasan akan menghambat proses perangsangan sehingga produksi cairan pelumas pada dinding vagina akan terhambat. Cairan pelumas yang minim akan berakibat gesekan penis dan dinding vagina tidak terjadi dengan lembut, akibatnya akan terasa nyeri dan tidak jarang akan ada luka lecet baik pada dinding vagina maupun kulit penis suami. Kondisi inilah yang menyebabkan rasa sakit.


4 Jurus Agar Tetap Nyaman


1. Ibu-ibu tidak perlu cemas mengenai kondisi dirinya. Perubahan fisik pascapersalinan adalah hal yang memang tidak dapat dihindarkan. Bentuk tubuh yang tidak seindah mass gadis tidak akan mengurangi rasa cinta kasih suami. Hubungan seksual tidak akan merobek bekas jahitan luka episiotomi. Jadi, cobalah untuk lebih rileks saat berhubungan.


2. Bila ibu-ibu sedang minum jamu-jamu tertentu, ada baiknya dikurangi dan diganti dengan nutrisi yang variatif dan seimbang.


3. Tidak ada salahnya untuk mencoba menggunakan cairan pelumas untuk berhubungan yang bisa didapatkan di apotek.


4. Bila ada jaringan yang sensitif/mudah terangsang nyeri, ada baiknya ibu-ibu minta kepada dokter pribadi untuk menuliskan resep penghilang rasa sakit yang bisa dioleskan di daerah yang terasa sakit tersebut.