Secara nilai, puasa merupakan benteng yang Allah anugerahkan kepada  hamba-hambaNya dari segala godaan setan berjenis jin dan manusia. Tapi,  yang namanya setan, justru dalam pelaksanaan ibadahlah mereka lebih  gencar melancarkan godaan kepada manusia. Setidaknya, puasa bisa menjadi  cacat.
Ada sepuluh kiat agar puasa yang kita lakukan bisa terus bernilai dan tidak cacat. Yaitu:
1. Pertahankan niat semata-mata karena Allah SWT.
Inilah dasar seberapa bagus kualitas ibada puasa seseorang. Kalau  niat sudah melenceng, nilai ibadah menjadi rusak. Untuk itu, persoalan  niat yang hanya Allah dan si orang itu sendiri yang tahu, harus  benar-benar dijaga kemurniannya.
Jangan pernah terpengaruh dengan celaan, apalagi pujian. Baik  datangnya serius, atau main-main. Biasanya, setan akan membisikkan  dengan lembut ke hati kita ketika kita berusaha penuh menjaga nilai  puasa kita. Setan berbisik, sepertinya hanya Anda seorang di tempat ini  yang puasanya paling bagus.
Kalau kita merasakan getaran bisikan setan seperti ini,  cepat-cepatlah istighfar dan muhasabah, agar perangkap setan tidak jadi  menjerat kita.
2. Paksakan diri untuk menunaikan ibadah sunnah.
Selain pahala ibadah yang Allah lipatgandakan di bulan Ramadan,  kesibukan menunaikan ibadah sunnah seperti shalat tarawih, tahajud,  shalat dhuha, shalat rawatib, dan lain-lain akan mengecilkan peluang  setan masuk ke hati kita. Karena setan sulit menembus hati yang dipenuhi  zikrullah.
Karena itulah, biasanya setan mengkondisikan kita untuk merasa berat  menunaikan ibadah sunnah. Biasanya dia berbisik, ah cuma sunnah aja kan.  Allah juga tahu Anda lagi sibuk! Dan seterusnya.
3. Akrabkan lidah untuk senantiasa zikir dan tilawah.
Jangan biarkan diri kita terjebak dalam lamunan kosong. Karena saat  itulah setan membimbing kita untuk masuk dalam imajinasi kotor dan  menyesatkan. Biasakan lidah kita terlatih untuk menyebut asma Allah di  semua kesempatan dan keadaan.
Tilawah Alquran juga merupakan siraman ruhani yang luar biasa,  terutama untuk mereka yang sudah paham bahasa Arab. Untuk yang belum  paham arti bacaan Alquran, getaran ayat-ayat yang kita bacakan mempunyai  pengaruh positif untuk hati dan fisik kita.
4. Biasakan untuk tetap berwudhu, walau dalam tidur sekalipun.
Wudhu selain mampu mendatangkan rasa sejuk, juga memberikan benteng  diri dari kecenderungan untuk melakukan maksiat. Orang yang berwudhu  akan selalu berusaha untuk berada dalam kesucian, baik fisik maupun  batin. Sehingga, setan sulit mendekati mereka yang terbentengi dengan  wudhunya.
Selain itu, dalam keadaan berwudhu mampu menstimulasi orang untuk  melaksanakan ibadah sunnah karena tidak lagi direpotkan dengan acara ke  toilet, buka kaos kaki, dan hal-hal lain yang merepotkan.
5. Jangan terlalu lama ngobrol dengan siapa pun.
Umumnya, orang yang berpuasa merasa bosan dengan waktu luang yang  ada. Ngobrol atau berbicara dengan teman, baik langsung atau via  telepon, menjadi pilihan yang asyik.
Awalnya, mungkin sekadar menyapa, tapi tidak tertutup kemungkinan,  akan berkembang menjadi gosip, ghibah, fitnah, dan lain-lain. Karena  itu, silakan ngobrol dengan siapa pun yang kita senangi, tapi harus  ketat dalam soal waktu dan tema pembicaraan.
6. Jangan pergi ke mal atau pusat belanja, kecuali mendesak.
Untuk mengisi waktu kosong, biasanya orang mencari tempat yang nyaman  seperti mal atau pusat belanja. Selain ber-ac, mal memamerkan  barang-barang dengan diskon yang menggiurkan.
Saat itulah, setan menggiring kita untuk merasa perlu dan butuh  dengan barang-barang yang sebetulnya tidak penting dan mendesak. Tanpa  disadari, kita masuk dalam perangkap tabzir atau pemborosan. Padahal,  masih banyak keperluan lain yang jauh lebih penting dan mendesak.
7. Hindari televisi kecuali sebagai media informasi.
Televisi ibarat pisau bermata dua: ada manfaat, tapi banyak juga  mudharatnya. Dalam suasana puasa, baik dalam berbuka atau sahur, apalagi  dalam waktu kosong, biasanya kita nyambi dengan menonton televisi. Saat  itulah, berbagai jendela tayangan kita saksikan. Ada gosip,  buka  aurat, senandung yang melalaikan, dan lain-lain.
Karena itu, usahakan untuk menyetel televisi hanya untuk kebutuhan  informasi. Baik berupa berita, kajian keislaman, informasi bisnis dan  pendidikan, dan lain-lain. Jangan buka peluang setan untuk ikut ’main’  dalam acara yang kita saksikan.
8. Pilih waktu tidur siang yang tepat.
Setiap orang punya sudut keseimbangan yang berbeda. Ada yang sibuk  pada pagi, ada siang, bahkan ada yang malam. Karena itu, pilih waktu  tidur yang tepat sesuai kesibukan kita, agar tidur tidak justru  mengurangi waktu produktif kita.
Jangan dibuka peluang tidur untuk sepanjang siang penuh, mulai dari  pagi hingga sore hari. Rasulullah saw. menganjurkan untuk tidur sebentar  pada siang hari. Bukan pagi atau sore. Apalagi sepanjang waktu siang  dan sore.
9. Makan dan minumlah sekadar mengobati lapar dan haus setelah berpuasa.
Secara syariat memang dihalalkan untuk makan dan minum bagi orang  berpuasa pada malam hari, jam berapa pun, selama makanan dan minumannya  halal. Tapi, orang kerap lupa bahwa nilai inti dari puasa adalah menahan  dan mengendalikan nafsu, termasuk makan dan minum.
Karena itu, atur pola makan dan minum saat berbuka. Jangan sampai  karena asyik berbuka, shalat maghrib menjadi terlalaikan. Dan jangan  sampai karena terlalu kenyang, shalat sunnah tarawih dan tahajud menjadi  tidak lagi menarik, alias terjebak malas.
Tidak terlalu kenyangnya perut di saat malam, juga akan menumbuhkan  rasa kepekaan kita terhadap fakir miskin. Karena mereka bukan sekadar  puasa pada siang hari, pada malam pun mereka terbiasa berpuasa karena  terpaksa.
10. Jangan lewatkan waktu sebelum sahur untuk berdoa kepada Allah SWT.
Di antara kenikmatan di bulan Ramadan adalah kita menjadi mudah  terkondisikan untuk bangun malam. Biasanya, orang bangun lebih pagi dari  biasanya hanya untuk makan sahur.
 Kesempatan ini sebenarnya sangat sayang. Karena, saat itulah waktu  yang paling mustajab untuk kita berdekat-dekat dengan Allah SWT.  Setidaknya kita bisa menunaikan shalat witir dan kemudian curhat dalam  permohonan doa dan ampunan kepada Allah SWT. 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar