Menjalin dan membina hubungan jangka panjang seperti pernikahan
tidaklah mudah. Para ahli dan penasehat perkawinan selalu menyebutkan
pentingnya komunikasi positif untuk membina keluarga yang harmonis.
Baru-baru ini sebuah tim dari Swiss menemukan manfaat hormon cinta
yang baru diketahui dan disebut-sebut dapat membantu menghilangkan
konflik-konflik dalam rumah tangga.
Hormon cinta itu bernama Oksitosin (Oxytocin), di otak dia berfungsi
sebagai neurotrasnmitter. Oksitosin telah digunakan selama
bertahun-tahun melalui proses-proses seperti kelahiran dan menyusui.
Oksitosin bermanfaat untuk mengurangi rasa cemas dan stres, hormon ini
juga menciptakan perasaan nyaman, gairah, empati, ikatan dan
seksualitas.
Para peneliti dari Swiss melakukan penelitian tentang manfaat hormon
oksitosin pada interaksi hubungan suami istri untuk membantu terjalinnya
komunikasi yang lebih baik. Di pasaran, oksitosin dijual dibawah label
‘Liquid Trus” dan sering juga disebut “Cuddle Chemical”.
Untuk keperluan studi, para peneliti merekrut beberapa pasangan suami
istri yang dibagi secara acak menjadi dua kelompok: satu kelompok
peserta diberikan oksitosin intranasal dan kelompok lainnya menerima
plasebo, dalam bentuk semprot hidung. Setelah itu setiap pasangan
dilibatkan dalam diskusi yang tajam di lingkungan laboratorium. Para
ahli menganalisis efek dari hormon yang diberikan kepada setiap pasangan
dan menemukan bahwa hormon oksitosin mampu menurunkan tingkat stres dan
dapat meningkatkan perilaku komunikasi yang positif, jika dibandingkan
dengan pasangan yang menggunakan plasebo.
“Kami baru memahami efek kuat dari hormon oksitosin dan bahan kimia yang dikeluarkan oleh tubuh dalam konteks interaksi sosial,”
komentar John Krystal, MD, editor Biological Psychiatry dan menambahkan
bahwa para ilmuwan berharap untuk menjajaki penggunaan farmakologis
oksitosin dalam rangka memfasilitasi komunikasi positif, dan menurunkan
tingkat stres antara pasangan yang mengalami kesulitan mengambil
keputusan ketika berdiskusi tentang urusan-urusan rumah tangga.
Penulis utama dari studi ini, Beate Ditzen mengatakan bahwa
penelitian ini adalah yang pertama dari jenisnya dan sangat penting
karena menganalisis perilaku pasangan secara real-time dan alami.
Menurut Ditzen, hormon dapat membantu para ilmuwan meningkatkan efek
dari pengobatan standar yang digunakan selama ini, seperti pada terapi
perilaku kognitif dengan menciptakan suasana interaksi sosial yang mudah
bagi semua orang. “Kemungkinan besar, terapi hormon ini tidak akan mengganti pengobatan standar yang biasa dilakukan”, kata Ditzen.
Para peneliti mengingatkan bahwa penelitian ini tidak menunjukkan
bahwa hormon oksitosin harus digunakan sebagai pengobatan yang
independen, selain itu efek dari penggunaan hormon secara berulang juga
belum diperiksa. Penelitian sebelumnya tentang hormon oksitosin, yang
diterbitkan pada bulan Juli 1999 di jurnal Psychiatry, sampai pada
kesimpulan bahwa hormon ini mungkin adalah penengah yang baik dalam
pengalaman emosional bagi hubugan-hubungan emosional yang sangat dekat.
Penelitian lain yang ditulis oleh Rebecca Turner, PhD, dari
University of California, menemukan bahwa oksitosin adalah hormon yang
sangat kuat yang mendorong keterikatan antara manusia. Oksitosin adalah
reaksi alami tubuh dalam menanggapi perasaan kebahagiaan, dan hormon
yang bekerja untuk menciptakan ikatan antara ibu dan bayi setelah lahir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar