Total Tayangan Halaman

Sabtu, 20 Agustus 2011

Waktu Makan, Kunci Ramping dan Sehat



Dalam mengejar tubuh yang sehat dan ramping, orang kerap mengkonsumsi obat-obatan pembakar lemak, olahraga dan diet ketat. Namun tidak jarang mereka gagal dalam memperoleh tubuh yang ramping dan sehat. Alasannya adalah mereka hanya memperhatikan apa yang dimakan, bukan waktu memakannya.

Karena pola hidup orang modern yang serba sibuk, mereka sering melewatkan makan pagi, kemudian bekerja seharian dan baru sampai rumah ketika malam hari. Begitu sampai di rumah, makanan yang ada langsung dilahap dalam jumlah banyak sehingga mereka ngantuk. Atau, mereka merilekskan diri nonton TV atau chatting di depan komputer sambil ngemil. Sesaat setelah itu mereka pun tidur. Di Amerika, pola hidup penduduknya banyak yang seperti ini, dan mungkin begini pula pola kehidupan masyarakat kota di Indonesia. Dan di Amerika, terjadi peningkatan kegemukan tiga kali lipat dan bsemenjak tahun 1960 dan penurunan kesehatan, walaupun teknologi kedokteran juga meningkat pesat. Ini tidak mustahil bisa terjadi di masyarakat perkotaan di Indonesia.


Kesalahan pola hidup mereka ada pada waktu makan. Pola makan yang seharusnya adalah sebagai berikut:

1. Harus sarapan pagi. Dan harus mengkonsumsi cukup kalori untuk metabolisme dalam sehari tentu saja.
2. Jangan makan sesaat sebelum tidur. Sebaiknya tidur pada dua atau tiga jam setelah makan terakhir.

Adapun penjelasan ilmiah dari dua kebiasaan ini adalah sebagai berikut: Pertama, Apabila kita tidak sarapan pagi, dan langsung beraktivitas, maka tubuh akan kekurangan kalori untuk metabolisme dan akan memunculkan sinyal "lapar". Akibatnya, ketika kita makan siang, tubuh akan "balas dendam" dengan menyerap kalori secara cepat. Lebih-lebih bila makanan yang kita makan kurang mengandung serat dan banyak diolah sehingga kadar glikemiknya tinggi dan fitonutrisinya rendah, produksi gula darah akan meningkat pesat dan kebanyakan akan tertimbun berupa lemak. Ini bisa menyebabkan kegemukan dan gangguan kesehatan. Kedua, apabila kita tidur sesaat setelah makan, maka makanan yang baru dikonsumsi akan disimpan, dan biasanya disimpannya dalam bentuk lemak.


Ketika kita tidur, sebenarnya tubuh kita sedang memasuki mode penyembuhan dan perbaikan, mode penyimpanan dan pertumbuhan. Pada saat tidur, tubuh akan memproduksi hormon pertumbuhan. Ketika kita masih anak-anak, hormon ini akan membuat mereka makin cepat tinggi, dan ketika tinggi tidak bertambah lagi, hormon ini akan menyebabkan tubuh membengkak atau bertambah gemuk.


Apabila kita makan dua sampai tiga jam sebelum tidur, ini berarti kita memberikan waktu bagi tubuh untuk mencerna makanan kita. Dengan begitu ketika tidur, tubuh tidak akan menyimpan makanan dalam bentuk lemak, bahkan akan membakar sisa lemak yang ada. Jadi mirip dengan kondisi ketika puasa. Ketika bangun, kita harus berhenti "berpuasa" dan segera berbuka puasa (yang dalam bahasa inggrisnya disebut "breakfast" atau berhenti puasa) dalam bentuk sarapan. Dengan demikian, tubuh kita tidak akan mengeluarkan sinyal lapar selama aktivitas keseharian kita, karena sarapan sudah memasok nutrisi yang dibutuhkan untuk metabolisme keseharian.
Konsep ini juga bisa menjelaskan bagaimana orang Jepang bisa menjadi pegulat sumo. Mereka bangun pagi, tidak sarapan dan melakukan latihan fisik selama lima jam yang disebut keiko. Lalu mereka mandi dan memakan makanan khusus yang menyehatkan (tentunya hasil pengembangan tradisi mereka turun menurun), makan nasi banyak-banyak dan ditutup dengan minum arak. Setelah itu mereka langsung tidur selama beberapa jam. Kemudian mereka bangun, makan lagi dan tidur lagi. Lalu esoknya mereka melakukan hal yang sama. Dengan demikian, kalo kita memiliki pola makan yang sama, maka kita pun bisa bengkak seperti pegulat sumo. Namun bedanya adalah pegulat sumo badannya sehat dan kuat karena makanannya bermutu dan melakukan olahraga yang berat dan teratur, sedangkan kita yang makan makanan yang kurang berkualitas dan kurang berolahraga akan mengalami banyak masalah kesehatan.

Sumber : Ultra Metabolisme, Mark Hyman, M.D.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar